Jakarta, Pandemi Covid-19 menyebabkan adanya perubahan-perubahan besar hampir diseluruh aspek kehidupan salah satunya pada sistem pendidikan. Proses belajar mengajar mengalami perubahan signifikan, pemerintah mengeluarkan kebijakan agar institusi pendidikan meminta siswanya untuk belajar dari rumah, sehingga pembelajaran daring menjadi pilihan utama.
H. Teuku Riefky Harsya, M.T selaku Anggota Komisi 1 DPR RI mengatakan bahwa perubahan sistem kegiatan pembelajaran yang kini berubah menjadi daring yang bergantung penuh pada jaringan internet, banyak dipertanyakan seberapa besar efektifkah pembelajaran yang dilakukan pada saat ini.
Menurutnya, terdapat banyak tantangan ketika pembelajaran daring, baik yang telah dirasakan maupun yang akan dilakukan beberapa saat kedepan.
“Bagi para peserta didik banyak merasakan belum terbiasanya penerapan budaya belajar jarak jauh, sehingga sering merasa lebih sulit dalam memahami pelajaran, disisi lain tidak semua tenaga pelajar mahir dalam memaksimalkan teknologi atau media lain seperti sarana pembelajaran”, ujar Riefky selaku narasumber pada Seminar Merajut Nusantara yang digelar oleh BAKTI Kominfo dengan tema “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi” secara virtual, Jakarta (14/03/2022).
Berdasarkan riset dari Kemendikbud yang menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh mengakibatkan penurunan hasil belajar secara nasional, yang dikarenakan kendala teknis masih terjadi di 12.548 daerah yang blankspot dari akses internet. Sehingga akses dari kebijakan publik, tantangan terbesar adalah bagaimana mengoptimalkan pembelajaran sistem daring untuk memperluas jangkauan di seluruh wilayah tanah air.
“Saya mengajak untuk kita mampu memaksimalkan fungsi teknologi informasi dalam pendidikan. Jadikan teknologi sebagai sarana, gudang ilmu, alat bantu pembelajaran, dan infrastruktur pendidikan”, ajak Anggota Komisi 1 DPR RI daerah pemilihan Aceh 1 tersebut.
Ia menyadari bahwa persaingan kedepan tidaklah mudah, kita butuh SDM yang unggul, yang siap bersaing tidak hanya ditingkat nasional tapi juga dunia global. Dan SDM yang unggul hanya akan terwujud melalui proses pembelajaran dan membiasakan diri memanfaatkan teknologi dengan baik.
Sementara itu, Dosen UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Dr. Ismail Cawidu, M.Si yang juga menjadi narasumber pada acara tersebut mengatakan, bahwa kualitas pembelajaran dapat kita lihat dengan terlebih dulu melihat fakta-fakta yang akan dihadapi dalam pembelajaran dalam jaringan, seperti terkendala akses jaringan, sarana terbatas, kuota terbatas, kemampuan siswa atau mahasiswa dalam mengoperasikan alat, hingga keterbatasan kemampuan guru atau dosen menyampaikan materi.
“Kualitas pembelajaran dalam jaringan harus didukung dengan lima hal, yaitu adanya jaminan infrastruktur komunikasi, adanya sarana gadget atau laptop yang competible dengan sistem, cukupnya literasi digital bagi siswa/mahasiswa dan guru/dosen, kemudian efektifitas konten-konten pembelajaran, dan harus mengikuti regulasi yang berlaku”, jelas Dosen UIN Syarief Hidayatullah.
Ismail menegaskan, bahwa apabila di Aceh saat ini masih ada yang belum tersambung dengan jaringan bisa dilaporkan ke Komisi 1 DPR RI, yang kemudian DPR akan menyampaikannya ke BAKTI. Dan apabila sudah tersambung jaringan maka Dirjen APTIKA Kominfo akan melaksanakan Program Literasi Digital, dimana program ini berupa TOT pembekalan kepada para Guru, UMKM yangg selanjutnya akan mendampingi masyarakat dengan taget 10.000 pandu digital.
“Untuk peserta didik yang berasal dari keluarga tidak mampu, pemerintah sudah mengeluarkan Program Indonesia Pintar (PIP). Program ini menampung data-data warga kurang mampu yang tercantum dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), dimana data ini ada di Dinas Sosial Kabupaten/Kota”, sebutnya pada sesi tanya jawab.
Ia melanjutkan supaya para pengajar untuk rajin ketika membuka internet untuk mengunjungi website Kemendikbud.
“Jangan hanya mencari di Tik Tok terus, bukalah di www.kemendikbud.co.id . diwebsite tersebut terdapat banyak informasi mengenai beasiswa, bantuan pendidikan, bantuan buku, dan lain-lain ada semua”, katanya mengakhiri sesi tanya jawab.
Selanjutnya, Khairul Bahrim S.Th.I, M.Ag selaku Dosen UIN Araniry yang turut menjadi narasumber acara tersebut, mengatakan bahwa terdapat beberapa metode pembelajaran daring yang lebih efektif, yaitu pandai memanagement waktu, memilih suasana belajar yang nyaman, menyiapkan alat yang dibutuhkan, menjaga kebersihan dan kesehatan, adanya komunikasi antara mengajar dengan peserta didik, serta adanya pantauan dari guru dan orang tua secara berkala.
“Kesuksesan PJJ sangat ditentukan oleh dukungan orang tua terhadap anaknya. Namun karena lemahnya pengawasan dari orang tua terhadap anak yang harus belajar di tengah kedaruratan, menyebabkan dampak negatif seperti; anak bermalas-malasan dan enggan mengerjakan tugas dari guru, tidak terhindarkan”, ujar Khairul.
Dalam penutupnya ia menyampaikan, dalam rangka menyiapkan generasi di masa pandemi yang belum tahu kapan berakhirnya, ini adalah tanggung jawab kita bersama, bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau politisi.