Jakarta, Film Sang Pahlawan Merah Putih untuk Presiden diproduksi bersama Arvin Cinema Pictures bekerjasama Benteng Jokowi (BEJO), sedang melakukan seleksi atau casting pemain dan dirilis pada bulan Mei 2022. Dengan lokasi setting akan dilakukan di Makasar/ Bulukumba, Bali, Solo dan Jakarta. Casting/seleksi pemain talent atau calon pemain hadir yang bergabung dalam management Viris Intertaimen. Talen bagus-bagus dan memiliki bakat, dengan alur cerita dan karakter ungkap Produser sekaligus Direktur Utama Arvin Cinema Pictures Muhammad Try Maulana Ardiansyah yang akrab disapa Abah Maulana di Jakarta, Jum’at (11/2/22).
Digambarkan oleh Abah Maulana adalah sorot kamera jauh terlihat perkampungan pelosok desa dan sorot kamera tertuju pada sebuah rumah gubuk berdampingan dengan Sekolah Dasar Bontosila terletak di daerah yang sangat jauh dari kota. Di depan Sekolah Dasar Bontosila berdiri tiang bendera dari bambu berkibar sang merah putih yang sudah kelihatan pudar warnanya. Di halaman sekolah beberapa anak -anak sedang gotong royong.
Dikisahkan Sekolah Dasar Bontosila adalah memiliki siswa/i datang dari berbagai suku : ada suku makasar, suku manado, suku ambon, suku jawa, suku bali, suku batak, suku minang, suku betawi, suku china, suku sunda. Mereka tinggal di perkampungan Desa Bontosila yang sangat sejuk dan damai dikeliling perkampungan terletak persawahan yang begitu luas, sehari-hari warga Desa Bontosila setiap harinya bertani dan berkebun. Di kebun-kebun mereka banyak sapi, kuda dan kambing-kambing ternak, dan anak-anak itu begitu indah dan damai dalam persatuan, hari-hari mereka lalui belajar bersama hanya semata-mata ingin menjadi anak-anak yang memiliki prestasi dan cita-cita.
Sekolah Dasar Bontosila di atas tanah masyarakat yang bernama pak Darmawan sekaligus Kepala Sekolah. Pak Darmawan adalah guru yang sangat mencintai anak-anak, memiliki semangat untuk mendirikan sekolah darurat bagi anak-anak yang tinggal di sekitaran Desa Bontosila, maka terbangunlah sebuah sekolah yang di namakan Sekolah Dasar Bontosila terbuat dari dinding papan dan atap rumbiya serta berlantai tanah dan fasilitas sekolah seperti papan tulis terbuat dari papan kayu, bangku-bangku pun masih terbuat dari pohon kelapa.
Pak Darmawan tidak memiliki tapi mengadopsi anak yang bernama Candra dan Gendis, Candra usia 11-12 tahun dan Gendis 9-10 tahun, Candra dan Gendis ini adalah bersaudara, sejak kecil umur 5 tahun telah dititipkan kepada Pak Darmawan untuk di Asuh karena Ibu dan Bapaknya berangkat keluar negeri menjadi TKI di Hongkong. Bapak dan Ibu Candra
dan Gendis sudah hampir 10 tahun tidak pulang-pulang, belakangan diketahui Bapak dan Ibu Candra telah meninggal karena covid 19. Sedangkan Candra dan Gendis tetap bersemangat meraih cita-citanya menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tuanya, Candra dan Gendis setiap hari berangkat sekolah dan melawati pematang sawah dan kali besar. Mereka berdua setiap berangkat sekolah sepatu pasti digantung di leher.
Candra dan Gendis belum mengetahui jika Bapak dan Ibunya telah meninggal dunia karena covid 19, lalu Candra dan Gendis hari-harinya selain sekolah mereka berdua mengembala kambing milik Pak Joko. Dua ekor kambing itu mereka berdua sangat sayang, tiap hari dimandikan, dikasih makan dan diajak ngobrol lalu kambing itu di beri nama kambing pinter ikut hormat Sang Merah Putih.
Selain Candra Dan Gendis, muncul Bonar usia 11 tahun, Suku Batak, Bonar ini teman sekolah Candra, teman bermain di kali, prosotan dan berenang di kali, Bonar punya cita-cita sangat tinggi, ingin menjadi Presiden seperti Pak Jokowi, karena Bonar ini sangat idolakan Pak Jokowi, Bonar sangat pinter berpuisi, kadang-kadang teman-temannya dibuat terharu jika Bonar membacakan tentang Puisi Indonesiaku, Presidenku, Bapak Presidenku adalah sosok manusia sangat berguna bagi rakyat, Presidenku adalah sosok manusia memberiku kedamaian, kadang kala Bonar mengajak teman-temanya naik di atas batu besar lalu Bonar meminta pada teman-temanya mendengarkan membaca Puisi tentang PAHLAWANKU sambil memegang bendera merah putih dibuat dari kertas plastik. Dan Bonar ini jika berbicara dengan teman-teman nada keras dan tinggi seperti ngajak perang, tapi Bonar bikin suasana damai karena bikin ketawa dan lucu. Bonar pun sangat bangga dengan pak presiden karena datang di kampungku lalu disambut oleh masyarakat di kampung aku, memang luar biasa pak presidenku. Berbeda dengan Burhan yang usia 10 -11 tahun, Suku Makasar, yang memiliki hobi naik kuda, Burhan ini adalah putra Makasar yang sering kali mendapatkan kejuaran balapan kuda, kecil- kecil cabe rawit.
Burhan memiliki cita-cita ingin jadi tentara, kenapa Burhan ingin jadi tentara karena ingin mengawal pak presiden, bahwa pak presiden menurut Burhan adalah presiden merakyat, presiden yang berani turun dalam keadaan hujan maupun menangani bom bunuh diri Thamrin, jadi Burhan ingin sekali jadi tentara. Burhan dapat infomasi bahwa minggu depan akan ada lomba balapan kuda yang diadakan oleh kepala desa. Burhan bersiap-siap akan mengikuti lomba itu, Burhan minta kepada teman-temannya datang di acara lomba balapan kuda, Candra dan kawan-kawan mempersiapkan bendera kecil, yang mereka buat dari kertas layangan, tiba saatnya lomba balap kuda akhirnya Burhan menjuarai menjadi no 1, Burhan ambil bendera sama Candra lalu sentakkan kudanya berlari membawa bendera merah putih, nama kudanya bento, ayo Bento, cita-citaku harus tercapai untuk membantu presiden menyalakan NKRI.
Nah, kalau Dias, usia 11-12 tahun, Suku Ambon, Dias ini bercita-cita menjadi menteri, Dias adalah anak yang unik dan rambut kriting, dan kulitnya hitam, Dias sering kali dibully sama Bonar, misalnya mau belajar on line tapi tidak ada jaringan, makanya Bonar nyuruh Dias naik keatas pohon cari jaringan, karena selama covid- 19, belajar lewat on line, sedangkan Dias, Burhan tak punya Hp, yang punya hp Cuma Fatimah, Dias sangat senang sekali dengan pak presiden karena di kampungnya Dias sudah bisa naik oto lewat tol, Dias ini adalah anaknya sangat lucu diantara kawan-kawan lainnya.
Disisi lain, Fatimah usia 11-12 tahun, Suku Minang, Fatimah ini punya impian dan cita-cita menjadi Paskibrata 17 Agustus di istana Negara bersama pak presiden, Fatimah berdarah minang, cantik dan cerdas, pinter mengaji, dan Bonar selalu deketin Fatimah dan menjadi sahabat Bonar, Bonar kan pinter, dan pinter gombalin Fatimah, Fatimah bercerita tentang daerahnya bahwa daerahnya juga dibangun tol lintas
sumatera, jadi keluargaku disana kalau mau ke Palembang sudah enak, karena tolnya bagus sekali, jadi memang pak presiden joko widodo layak jadi presiden seumur hidup, lalu dibantah oleh Adam, tidak bisa, ini Negara demokrasi, dan juga ada undang-undang, terjadilah perdebatan di antara mereka, dan masing-masing mereka keluar logat daerahnya, Fatimah tetap memuji pak presiden, dan berdoa ya Allah, berikanlah umur panjang pak presiden dan bisa menjadi presiden seumur hidup, Adam ngawur kamu Fatimah.
Kemunculan Adam usia 12 tahun, Suku Manado, Adam memang pinter dan kritis, karena Adam mempunyai cita-cita menjadi politikus yang hebat, politikus yang berani, ingin menyelamatkan Indonesia dari para koruptor bangsa, Adam sering kali melakukan perberdebatan dengan Bonar, Adam menyampaikan kalau Indonesia ini harus di selamatkan oleh orang-orang yang berani, jadi presiden jokowi itu harus ada yang bantu untuk mengadili para penghianat bangsa, Indonesia bisa maju karena presiden kita merakyat dan berani mengambil keputusan, seperti ibu kota Negara ( IKN ) kenapa harus pindah ke Kalimantan. Karena Kalimantan aman dan membuka birokrasi yang nyaman. Jadi pak presiden memang sangat bagus. Contoh di daerah banyak sekali masyarakat yang memiliki tanah tidak punya sertifikat, nah sekarang pak presiden membagikan sertifikat gratis, kenapa itu dilakukan karena pak presiden benar-benar membela rakyatnya.
Lalu Burhan nyeletuk pintar sekali kau Adam, terasa tenang dengan munculnya Dahlia usia 11-12 tahun, Suku Sunda, yang memiliki suara bagus, bercita-cita menjadi penyanyi internasional seperti Agnes Monica, Burhan pun sangat semangat karena Dahlia bisa menjadi teman dekatnya, Dahlia bisa dibilang kembang desa bersuara merdu, kadang-kadang Dahlia ini oleh kawan-kawannya di intip jika Dahlia sendirian di ruang kelas sedang nyanyikan lagu. Dahlia merasa sangat perihatin dengan kondisi ekonomi sekarang ini diakibatkan Indonesia dilanda Covid -19. Tapi pak presiden tetap membangun Indonesia demi adanya pemerataan bisnis antar pulau.
Pak presiden mampu menyamakan harga bensin dan semen papua dan Jakarta, inilah kehebatan pak presiden kita, tak mengenal lelah dan cape yang penting rakyatnya bahagia, di sisi lain banyak yang menghina dan memfitnah, pak presiden tak pernah gentar dengan hal itu, pak presiden tetap maju, Aku bangga, namaku Feny Yan, usia 11-12 tahun, Suku China, bercita-cita menjadi dokter, dengan adanya penyakit wabah ini alias covid 19, maka saya bercita-cita menjadi dokter, kenapa saya ingin jadi dokter supaya orang-orang bisa dibantu dari segala penyakit, karena saya pengen membatu orang-orang miskin sembuh dari penyakit tanpa harus bayar, ini kan niat mulia supaya pak presiden bisa terbantu dari kita sebagai rakyatnya.
Semua yang kita lakukan tidak harus semua dengan bisnis, Indonesia perlu diselamatkan dari orang-orang hebat.
Pak Presiden misalnya merakyat karena memiliki cinta dan kasih sayang pada rakyatnya, saya orang china, saya bangga menjadi warga Negara Indonesia, karena aku suka dengan Indonesia, Feny Fan, adalah sahabat dekatnya Jayanti suku Bali, berdua ini sama sama memiliki cita-cita Indonesia jaya makmur dan sejahtera. Jayanti usia 11-12 tahun, Suku Bali, bercita-cita menjadi Jaksa Agung, kenapa aku bercita-cita menjadi Jaksa Agung, karena merasa Indonesia butuh orang hebat untuk membantu rakyat kecil yang sering kali kita lihat tersandung kasus hukum, banyak mafia tanah di negeri ini.
Banyak koruptor, tanah orang dirampas oleh para mafia, maka aku sangat cinta dengan pak presiden yang salah tetap salah dan itu pak presiden menyampaikan, pak presiden pun menyampaikan bahwa salah tetap di proses hukum dan diadili seadil-adilnya.
Shole, usia 11-12 tahun, Suku Betawi, bercita-cita menjadi polisi, aku shole asli ane orang betawi, ane pengen jadi polisi, Cuma ane pendek, jadi polisikan harusnye tinggi, jadi ane kalau jadi polisi kan bisa bantu Pak presiden nangkappin para koruptor, kasian rakyat sudah bayar pajak tapi pada dimakan para koruptor. Kalau para koruptor ditangkap Indonesia dan Negara kite aman.
Candra dan Gendis, kadang menangis dan kangen orang tuanya, karena kadang anak ini kekurangan makan, sedang Candra dan Gendis serta 10 kawan-kawannya bermimpi bisa menjadi paskibrata di istana Negara. Suatu malam Candra terbangun pada jam 1 malam, lalu berdiri dari tempat tidurnya mengambil air wudhu, dengan niat melaksanakan sholat tahajjud. Setelah tunaikan sholatnya lalu Candra berdoa, ya Allah, ya Tuhan kami, kabulkan doaku untuk bisa menjadi Paskibraka di istana Negara bersama pak presiden. Ya Allah, ini adalah hadiah untuk kedua orang tuaku, amin.
Ibu Asma usia 25-30 tahun, Ibu Asma ini adalah sosok guru bahasa Indonesia di sekolah dasar Bontosila. Ibu Asma setiap hari berjalan kaki kurang lebih 15 kilo meter jarak dari rumah Ibu Asma ke sekolah. Ibu Asma sangat memiliki semangat untuk membantu anak-anak ini dapat mengerti berbahasa Indonesia yang benar. Ibu Asma mengajar menjadi guru tidak digaji dari pemerintah, karena sekolah ini dibangun oleh Pak Darmawan secara inisiatif sendiri. Ketika Candra berjalan pulang, ia melewati sekolahannya. Ia melihat ada mobil yang memasuki halaman sekolah untuk berputar arah. Ketika mundur mobil itu menabrak tiang bendera dari bambu yang tertancap di halaman sekolah. Mobil itu terus melaju meninggalkan halaman sekolah. Candra melihat tiang bendera dari bambu tersebut hendak roboh. Ia berlari menuju halaman sekolah hendak menyelamatkan bendera merah putih yang hendak menyentuh tanah, lantaran tiangnya roboh. Dengan sigap, Candra berhasil menyelamatkan bendera merah putih, meski siku lecet dan baju kaos yang ia pakai berlepotan tanah.
Pak Asnawi, usia 35-40 tahun. Pak Asnawi ini adalah asli jawa dan memiliki ternak kambing, sapi dan kuda di kampung itu, salah satunya kambing yang dipelihara oleh Candra dan Gandis itu adalah milik Pak Asnawi. Pak Asnawi adalah orang baik, kadang Candra dan Gandis di kasih makan dan lain-lain. Kadang juga merasa kasian pada Candra dan Gandis dengan baju yang kusut dan robek, Candra dan Gandis perayaan hari 17 Agustus 3 hari lagi, mereka berdua ingin supaya bendera sang merah putih tetap dikibarkan di hari kemerdekaan, maka Candra mengambil baju Gandis yang putih dan celana Candra warna merah mereka gunting lalu dijahit menjadi bendera. Tiba besok paginya mereka berdua dan dua kambingnya berlari menuju tengah sawah menancapkan bambu itu di pematang sawah, sebelum matahari terbit, lalu berdua menyanyikan lagu Indonesia raya serta kambingnya ikut hormat bendera.